Tampilkan postingan dengan label esay. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label esay. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Agustus 2012

analisi Puisi "paman doblang" karya Ws. Rendra


Perjuangan dan Nasehat  dalam Puisi Rendra
Oleh  Septian Aji Setia P       
          
            Bicara tentang keadilan di negeri ini masih saja diragukan, banyak disekeliling kita yang tidak mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya. Para pemimpin seakan-akan tidak melihat keadaan rakyat yang membutuhkan. Hal-hal semacam inilah yang membuat penyair yang bernama Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) yang berada di garis depan memperjuangkan keadilan, dia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak”. terbukti dalam kutipan salah satu karyanya :
“Hal-hal semacam inilah yang akan kutulis. Biar mereka tahu keadaan rakyat rendah senyata-nyata, biar mereka tahu apa sebenarnya yang berada di balik tempat-tempat dansa, apa yang ada di balik rumah-rumah mewah. Akan kutelanjangi dunia ini dari kepalsuan. Kita hidup dalam masyarakat, jadi harus bekerja sama. Dan kalau ada orang yang mau kaya sendiri, kalau ada orang yang mau mewah sendiri, biarlah ia hidup di hutan saja, sebagai orang biadab.”
            Dari kutipan diatas, sangat jelas bahwa Rendra seorang pejuang yang melaksanakan dengan kat-kata. Dia menulis keadaan yang ia lihat senyata-nyatanya. Dia tuangkan dalam sebuah karya berupa kritikan atau nasihat agar para pemimpin sadar akan kewajibannya.   
            Begitu juga dengan puisi “Paman Doblang” karya Ws.Rendra ini, puisi ini mempunyai kekuatan sesuatu kesan ke dalam imaji pembaca. Karyanya terinspirasi ketika dirinya merenung di dalam jeruji besi. Dalam puisi “Paman Doblang” ini menjelaskan luapan penyair terhadap suatu keadaan yang lemah akan keadilan. Sebelumnya kita cari tahu dulu siap Paman Doblang itu?
            Istilah paman doblang sering disebut juga seseorang yang suka bercerita dan sangat digemari oleh anak-anak. Ada yang menyebutkan juga bahwa paman doblang adalah pak tua, kalau dimpulkan dari pendapat tersebut bahwa paman doblang adalah seseorang yang memberikan cerita, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat yang positif,dan jika dihubungkan paman doblang dengan puisi karya Ws.Rendra ini,  terdapat kata kunci baru dari nama “Paman Doblang”.
            Rendra memberi nama judul puisinya “Paman Doblang” yaitu menceritakan keadaan yang dialaminya. Karena dalam puisi “Paman Doblang” terdapat sebuah percakapan yang membicarakan keadaan seseorang yang berada di dalam penjara. Sama halnya dengan yang di alami oleh Rendra ketika berada di penjara. Penyair bercerita dan menjelaskan dirinya sendiri dalam sebuah karya tulis melalui puisi, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat bagi pembaca. Pada bait pertama;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu. Tanpa lubang cahaya. Pengap.
Ada hawa. Tak ada angkasa.
Terkucil. Temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci. Tak tahu di mana berada
Penyair menceritakan keadaan dirinya yang berada di sebuah penjara yang gelap, dan tempatnya sangat tidak layak untuk ditempati, dia dimasukan ke penjara akibat kritikanya yang di tuliskan dalam karyanya. Pada bait selanjutnya ada sebuah jawaban tentang dirinya sendiri yaitu ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Apa katamu?
Ketika haus aku minum dari kaleng karatan.
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama.
Aku istirah di sini.
Tenaga ghaib memupuk jiwaku.

Penyair mempunyai kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan yang telah dia alami, dan dia terus mengharungi waktu  dengan tidak pantang menyerah.
Pada bait selanjutnya ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala.
Kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan.
Tanpa pengadilan.
Penyair mengkritik pemerintahan lewat karya tulisnya, dia melihat keadaan disekelilingnya yang tidak pernah dilihat oleh para pemimpin, sehingga dia berani untuk membela keadilan,tapi dia malah disalahkan dan di kucilkan ke dalam penjara oleh para pemimpin. Hanya gara-gara tersinggung atau tidak enak dengan perkataan yang ada dalam karya rendra tersebut, padahal itu adalah sebuah kenyataan.
Pada bait selanjutnya ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?
Kesedaran adalah matahari.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakerawala.
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata.

Penyair menyebutkan dalam lirik puisinya bahwa kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi,keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Itulah nasihat dari Paman doblang atau Rendra yang menjadikan dirinya tetap kuat dan terus memperjuangkan kebenaran melalui pelaksanaan kata-kata.
            Saya sangat tertarik dalam karyanya ini, karena  Rendra berbicara lewat syair-syairnya, Rendra juga nyata-nyata banyak mengangkat tema-tema perlawanan terhadap kemiskinan dalam syair-syairnya, perlawanan terhadap kezaliman, dan kesemena-menaan,
            Kalau dihubungkan dengan realita kehidupan saat ini keadilan di indonesia masih lemah. Dalam cuplikan dari pembukaan UUD’45 “…..menuju indonesia yang adil dan makmur….” Tapi nyatanya sekarang indonesia malah Ambrok. Politikus yang jago korupsi sampai menghabiskan miliyaran rupiah uang rakyat hanya di hukum tidak lebih dari 10 tahun, belum lagi kalau dapat potongan masa tahanan pas libur hari raya, sel penjara pun juga tidak biasa, malah luar biasa! Ada toilet, kasur empuk, makan enak, dikunjungi kapan aja bisa. Malah seperti pindah rumah saja.
Beda dengan penjahat kelas teri seperti maling motor, pelayanannya pun juga kelas teri. Sel sumpek, kotor, belum lagi kalau pas ditangkap/kepergok dia dapat bonus bogem mentah dari masyarakat. Sungguh naas negeri ini, yang di harapkan generasi muda yang harus bisa mengubah dari yang buruk menjadi lebih baik, dan terus melanjutkan perjuangan para pahlwan yang telah gugur membela negera ini.

analisis novel "Dibawah Lindungan Ka'bah" Karya Hamka


sepasang kekasih itu justru membuat keyakinan naif bahwa cinta mereka akan disatukan di akherat
Judul Buku      : Dibawah Lindungan Ka’bah
Pengarang       : Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
Tahun              : 1975
Penerbit           : Bulan Bintang Jakarta
            Cinta merupakan anugrah dari yang mahakuasa, karena cinta sebuah amanat yang diberikan Tuhan kepada makhluknya. Begitu juga yang tertera dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka ini, menceritakan sepasang kekasih dengan kisah yang membuat kita mengalirkan air mata, pengarang sangat luar biasa, dengan kemampuannya kita seolah-olah ada dalam cerita tersebut. Walaupun gaya bahasanya sulit dimengerti, karena menggunakan bahasa Indonesia tahun-tahun lama, tetapi novel ini menjadi berkualitas.
            Mengapa novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka menjadi berkualitas? Alasannya karena cerita dalam karya beliau ini sangat monumental dan menyentuh. Alur ceritanya menceritakan tentang percintaan dua anak manusia yang berasal dari suatu daerah di pulah Sumatera, yang berwadah islami. Sehingga akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi pembacanya.
            Terdapat banyak nilai moral yang terdapat dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka ini, seperti dalam tokoh Hamid yang terdapat dalam novel tersebut. Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin, walaupun keadaan ekonominya rendah, tetapi dia mempunyai akhlak yang terpuji. Sehingga banyak orang yang suka kepadanya, karena ia sangat rajin, sopan, berbudi, serta taat beragama. Kemudian ia diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang kaya-raya. Perhatian Haji Jafar dan istrinya Asiah terhadap Hamid sangat baik. Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab, anak kandung Haji Jafar. Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Mereka sering pergi sekolah bersama-sama, bermain bersama-sama di sekolah ataupun pulang sekolah. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid. Perasaan tersebut hanya mereka pendam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja.
Pertemuan demi pertemuan membuat keduanya, Hamid dan Zainab menjadi saling jatuh cinta. Tetapi terdapat jurang pemisah untuk menjalin cinta diantara mereka, Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Peristiwa pertama adalah meninggalnya Haji Jafar, ayah angkatnya yang sangat berjasa menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat dicintainya itu. Kini dia yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid merasa tidak bebas menemui Zainab karena Zainab dipingit oleh mamaknya. Hati Hamid semakin hancur ketika ia mengetahui bahwa mamaknya Asiah akan menjodohkan Zainab dengan seorang pemuda yang memiliki hubungan kekerabatan dengan almarhum ayah angkatnya. . Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya.
 Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah.  Zainab sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak mamaknya. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah. Betapa sedih dan hancurnya hati Zainab ketika ia menerima surat dari Hamid. Gadis itu merasa tersiksa karena iapun mencintai Hamid. Ia sangat merindukan pemuda itu. Namun, ia harus melupakan cintanya karena mamaknya telah menjodohkan dirinya dengan pemuda lain. Karena selalu dirundung kesedihan, Zainab menjadi sering sakit-sakitan dan ia kehilangan semangat hidupnya. Begitu juga dengan Hamid, ia telah meninggalkan dunia yang fana ini di hadapan Kabah, menyusul sang kekasih.
            Dibawah Lindungan Ka’bah sungguh sangat menyentuh hati. Sebuah cerita yang berlatar belakang Sumatera Barat tahun 1920-an tentang cinta abadi, dimana ketika segala sesuatu kelihatannya tak mungkin, cinta dengan caranya sendiri, menjadikannya mungkin. Didalam ceritanya mempunyai nilai moral yang tinggi dan dampak positif bagi pembaca dan bisa mengubah adat dan tradisi suatu daerah dengan novel ini. Karena dalam novel ini menggambarkan suatu adat atau tradisi dari daerah pulau sumatra, yang dulu sangat terkenal dengan perjodohan atau kawin paksa,dengan hadirnya novel “Dibawah Lindungan Ka’bah ” ini, tradisi di daerah tersebut lama-kelamaan menjadi hilang karena dampak dari novel tersebut. Dahulu perjodohan dilakukan dengan memaksakan kehendak sendiri, tidak melihat ketulusan dari seseorang yang akan dijodohkan. Jika dihubungkan dengan masa kini, tradisi tersebut masih ada dalam kehidupkan kita. Dan dengan karya sastra bisa mengubah segalanya.
                                                            Septian Aji Setia P,

analisi puisi sajadah panjang karya Taufik Imail


Puisi “Sajadah Panjang” adalah pernyataan Taufiq yang mengharukan tentang pengabdiannya pada Tuhan: Ada sajadah panjang terbentang/ Dari kaki buaian/ Sampai ke tepi kuburan hamba/ Kuburan hamba bila mati// Ada sajadah panjang terbentang/ Hamba tunduk dan sujud/ Di atas sajadah panjang ini/ Diselingi sekedar interupsi/ Mencari rezeki, mencari ilmu/ Mengukur jalanan seharian/ Begitu terdengar suara azan/ Kembali tersungkur hamba// Ada sajadah panjang terbentang/ Hamba tunduk dan rukuk/ Hamba sujud dan tak lepas kening hamba/ Mengingat Dikau/ Sepenuhnya.//
Metafora “sajadah panjang” adalah metafora yang jelas mendekatkan kita pada simbol Islam. Tapi yang terpenting sebenarnya adalah kenyataan bahwa metafora itu merupakan simbol pengabdian total. Melalui metafora itu, Taufiq hendak melukiskan dirinya sendiri sebagai seorang yang selalu “tunduk dan sujud” di hadapan Tuhan.
Kesibukan duniawi memang tak ditinggalkan sama sekali. Cuma, kesibukan itu hanyalah semacam “interupsi” yang sejenak saja. Begitu selesai urusan tersebut, pengabdian melalui “sajadah panjang” itu akan kembali dilanjutkan. Di sini, agama lagi-lagi tak berperan sebagai sekadar “latar belakang”. Agama—setidak-tidaknya mewujud dalam nilai-nilainya—dalam puisi tersebut adalah pokok soal terpenting.
Melalui “Sajadah Panjang”, Taufiq sebenarnya sedang melakukan semacam pengingatan pada para pembaca puisinya tentang Tuhan. Tendensi ini, sebenarnya sama dengan pengakuan Taufiq Ismail sendiri. Tahun 1984, ia memang pernah membuat pengakuan bahwa karya sastra yang ditulisnya adalah “sebuah zikir”.8
Artinya, melalui puisi-puisi yang ditulisnya, Taufiq hendak membawa para pembacanya mengingat Sang Pencipta. Prinsip yang demikian, menurutnya, dilandasi keinginan agar puisi yang ia buat masuk sebagai kategori “kesenian yang mengekspresikan keislaman”.
Tapi pengingatan Taufiq tak berarti bahwa dia hanya membuat puisi tentang Tuhan saja. Sebaliknya, Taufiq justru lebih banyak membuat puisi berdasar realitas sosial yang ia hadapi. Justru dengan membahas persoalan-persoalan sosial dalam puisinya, secara tak langsung Taufiq ingin membawa pembacanya menyadari kehadiran Tuhan.
Dalam sebuah kesempatan lain, Taufiq pernah mengatakan bahwa tujuannya menciptakan puisi adalah untuk beramal saleh.9 Baginya, hidup ini adalah sebuah sajadah yang terbentang dari kaki buaian sampai tepi lahat. Kegiatan utama dalam sajadah itu adalah shalat. Kegiatan lain hanya semacam penyela dari shalat. Tapi, yang penting pula adalah bagaimana mentransformasikan kegiatan sehari-hari agar menjelma menjadi derivasi dari shalat.
Akherat, itulah tujuan kesenian Taufiq. Cuma, mencapai akherat bukan berarti meninggalkan dunia. Maka, berbeda dengan kecenderungan puisi sufistik yang menekankan pada ekspresi religius saat melakukan interaksi personal dengan Tuhan serta berusaha menghindari narasi tentang dunia, puisi Taufiq justru menggunakan dunia sebagai kendaraan menuju Tuhan.
Bagi Taufiq, tugas manusia sebagai khalifah di dunia menunjukkan bahwa manusia sama sekali tidak boleh meninggalkan dunia. Melalui kehidupan sosial, yaitu interaksi manusia dengan sesamanya dan dengan makhluk Tuhan yang bukan manusia, seorang manusia bisa berangkat melakukan pendekatan terhadap Tuhan. Di sini, kecenderungan puisi Taufiq sebagai zikir sosial makin terasa.
Salah satu interaksi sosial yang juga bisa dianggap sebagai jalan pendekatan kepada Tuhan adalah pembelaan terhadap orang-orang yang lemah. Taufiq Ismail menyadari hal yang demikian. Ia menyadari bahwa usaha membela kaum tertindas dari kezaliman yang menimpa mereka bukan hanya sebuah kerja demi kemanusiaan, tapi sekaligus juga demi keimanan dan pengabdiannya pada Tuhan.








Ada sajadah panjang terbentang
dari kaki buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan sujud
di atas sajadah yang panjang ini
diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara adzan
kembali tersungkur hamba
ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan rukuk
hamba sujud tak lepas kening hamba
mengingat dikau sepenuhnya.

*Catatan: tanda baca dan kapitalisasi huruf mungkin tidak tepat karena puisi ini didapat dari internet.
 Taufik Ismail memang banyak menulis puisi religius dan kritik sosial. Saya menyukai puisi ini karena syairnya yang sangat simbolik, lepas dari fakta bahwa puisi ini memang dimusikalisasi dengan manis oleh Bimbo.
Coba simak baris-baris ini:

ada sajadah panjang terbentang
dari kaki buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati

Sajadah itu terbentang dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan. Tentu saja kalau kita membayangkan sajadah secara fisik, ini menjadi hal yang aneh bahkan konyol. Gimana cara ada sajadah terhampar dari buaian di rumah kita sampai kuburan di kampung sebelah misalnya.

Tapi kaki buaian di sini menyimbolkan kelahiran, sementara kuburan menyimbolkan kematian. Jadi sajadah, yang berarti adalah ibadah, ketundukan kita pada Tuhan, berlaku dari kita lahir hingga kita mati.

Syair yang menurutku juga sangat “romantis” adalah ini:
mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian

Mengukur jalanan seharian! Aduh rasakan deh,. betapa lelahnya, mungkin juga bosan, panas berpeluh. Ini gambaran yang sangat mengena bagaimana kita bisa sangat capai dengan urusan duniawi. Dan saat itulah kita tunduk dan sujud, yang disebut oleh Taufik sebagai sekadar interupsi. Bukankah kita semua memang butuh interupsi?


PEMBACAAN puisi religi oleh maestro penyair Indonesia, Taufiq Ismail, mengiringi pembukaan pengajian malam Selasa Yayasan Abdul Gaffar Ismail, di gedung pengajian KH Abdul Gaffar Ismail, Jalan Bandung 60 Pekalongan, Senin (28/6) malam.
Ratusan orang yang memenuhi gedung pengajian itu, serasa larut dalam emosi sang penyair, tatkala Taufiq membacakan tak kurang dari 8 puisi religi hasil karyanya.
Taufiq mengawalinya dengan membaca puisi berjudul 'Sajadah Panjang', sebuah karya terkenal yang ia cipta pada tahun 1974. Puisi ini, kata dia, selanjutnya dijadikan Sam Bimbo menjadi sebuah lagu religi yang terkenal hingga sekarang.
"Waktu ingin membuat puisi itu, saya berkeinginan untuk mencipta sebuah perlambang, dengan kata-kata yang gampang disusun menjelaskan tentang sholat. Akhirnya, sampai pada gambaran sebuah sajadah yang sangat panjang," papar Taufiq di depan ratusan pengunjung pengajian.
Kata Taufiq, hal itu menggambarkan kehidupan, yang mana sajadah panjang itu diawali dari buaian sang ibu, lalu pada sholat, dari Subuh hingga Isya, terus menerus hingga akhir hayat. "Kalau disatukan, sajadah tersebut akan sangat panjang," ungkapnya.

Perjuangan dan Nasehat dalam Puisi Rendra


Perjuangan dan Nasehat  dalam Puisi Rendra
Oleh  Septian Aji Setia P       
            Bicara tentang keadilan di negeri ini masih saja diragukan, banyak disekeliling kita yang tidak mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya. Para pemimpin seakan-akan tidak melihat keadaan rakyat yang membutuhkan. Hal-hal semacam inilah yang membuat penyair yang bernama Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) yang berada di garis depan memperjuangkan keadilan, dia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak”. terbukti dalam kutipan salah satu karyanya :
“Hal-hal semacam inilah yang akan kutulis. Biar mereka tahu keadaan rakyat rendah senyata-nyata, biar mereka tahu apa sebenarnya yang berada di balik tempat-tempat dansa, apa yang ada di balik rumah-rumah mewah. Akan kutelanjangi dunia ini dari kepalsuan. Kita hidup dalam masyarakat, jadi harus bekerja sama. Dan kalau ada orang yang mau kaya sendiri, kalau ada orang yang mau mewah sendiri, biarlah ia hidup di hutan saja, sebagai orang biadab.”
            Dari kutipan diatas, sangat jelas bahwa Rendra seorang pejuang yang melaksanakan dengan kat-kata. Dia menulis keadaan yang ia lihat senyata-nyatanya. Dia tuangkan dalam sebuah karya berupa kritikan atau nasihat agar para pemimpin sadar akan kewajibannya.   
            Begitu juga dengan puisi “Paman Doblang” karya Ws.Rendra ini, puisi ini mempunyai kekuatan sesuatu kesan ke dalam imaji pembaca. Karyanya terinspirasi ketika dirinya merenung di dalam jeruji besi. Dalam puisi “Paman Doblang” ini menjelaskan luapan penyair terhadap suatu keadaan yang lemah akan keadilan. Sebelumnya kita cari tahu dulu siap Paman Doblang itu?
            Istilah paman doblang sering disebut juga seseorang yang suka bercerita dan sangat digemari oleh anak-anak. Ada yang menyebutkan juga bahwa paman doblang adalah pak tua, kalau dimpulkan dari pendapat tersebut bahwa paman doblang adalah seseorang yang memberikan cerita, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat yang positif,dan jika dihubungkan paman doblang dengan puisi karya Ws.Rendra ini,  terdapat kata kunci baru dari nama “Paman Doblang”.
            Rendra memberi nama judul puisinya “Paman Doblang” yaitu menceritakan keadaan yang dialaminya. Karena dalam puisi “Paman Doblang” terdapat sebuah percakapan yang membicarakan keadaan seseorang yang berada di dalam penjara. Sama halnya dengan yang di alami oleh Rendra ketika berada di penjara. Penyair bercerita dan menjelaskan dirinya sendiri dalam sebuah karya tulis melalui puisi, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat bagi pembaca. Pada bait pertama;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu. Tanpa lubang cahaya. Pengap.
Ada hawa. Tak ada angkasa.
Terkucil. Temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci. Tak tahu di mana berada
Penyair menceritakan keadaan dirinya yang berada di sebuah penjara yang gelap, dan tempatnya sangat tidak layak untuk ditempati, dia dimasukan ke penjara akibat kritikanya yang di tuliskan dalam karyanya. Pada bait selanjutnya ada sebuah jawaban tentang dirinya sendiri yaitu ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Apa katamu?
Ketika haus aku minum dari kaleng karatan.
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama.
Aku istirah di sini.
Tenaga ghaib memupuk jiwaku.

Penyair mempunyai kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan yang telah dia alami, dan dia terus mengharungi waktu  dengan tidak pantang menyerah.
Pada bait selanjutnya ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala.
Kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan.
Tanpa pengadilan.
Penyair mengkritik pemerintahan lewat karya tulisnya, dia melihat keadaan disekelilingnya yang tidak pernah dilihat oleh para pemimpin, sehingga dia berani untuk membela keadilan,tapi dia malah disalahkan dan di kucilkan ke dalam penjara oleh para pemimpin. Hanya gara-gara tersinggung atau tidak enak dengan perkataan yang ada dalam karya rendra tersebut, padahal itu adalah sebuah kenyataan.
Pada bait selanjutnya ;
Paman Doblang! Paman Doblang!
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?
Kesedaran adalah matahari.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakerawala.
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata.

Penyair menyebutkan dalam lirik puisinya bahwa kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi,keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Itulah nasihat dari Paman doblang atau Rendra yang menjadikan dirinya tetap kuat dan terus memperjuangkan kebenaran melalui pelaksanaan kata-kata.
            Saya sangat tertarik dalam karyanya ini, karena  Rendra berbicara lewat syair-syairnya, Rendra juga nyata-nyata banyak mengangkat tema-tema perlawanan terhadap kemiskinan dalam syair-syairnya, perlawanan terhadap kezaliman, dan kesemena-menaan,
            Kalau dihubungkan dengan realita kehidupan saat ini keadilan di indonesia masih lemah. Dalam cuplikan dari pembukaan UUD’45 “…..menuju indonesia yang adil dan makmur….” Tapi nyatanya sekarang indonesia malah Ambrok. Politikus yang jago korupsi sampai menghabiskan miliyaran rupiah uang rakyat hanya di hukum tidak lebih dari 10 tahun, belum lagi kalau dapat potongan masa tahanan pas libur hari raya, sel penjara pun juga tidak biasa, malah luar biasa! Ada toilet, kasur empuk, makan enak, dikunjungi kapan aja bisa. Malah seperti pindah rumah saja.
Beda dengan penjahat kelas teri seperti maling motor, pelayanannya pun juga kelas teri. Sel sumpek, kotor, belum lagi kalau pas ditangkap/kepergok dia dapat bonus bogem mentah dari masyarakat. Sungguh naas negeri ini, yang di harapkan generasi muda yang harus bisa mengubah dari yang buruk menjadi lebih baik, dan terus melanjutkan perjuangan para pahlwan yang telah gugur membela negera ini.