Perjuangan
dan Nasehat dalam Puisi Rendra
Oleh Septian Aji Setia P
Bicara tentang keadilan di negeri ini masih saja
diragukan, banyak disekeliling kita yang tidak mendapatkan perlakuan yang tidak
selayaknya. Para pemimpin seakan-akan tidak melihat keadaan rakyat yang
membutuhkan. Hal-hal semacam inilah yang membuat penyair yang bernama Willibrordus Surendra Broto Rendra
(lahir Solo, 7 November 1935) yang berada di garis depan
memperjuangkan keadilan, dia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai
“Burung Merak”. terbukti dalam kutipan salah satu karyanya :
“Hal-hal semacam inilah yang akan kutulis.
Biar mereka tahu keadaan rakyat
rendah senyata-nyata, biar mereka tahu apa sebenarnya yang berada di balik
tempat-tempat dansa, apa yang ada di balik rumah-rumah mewah. Akan kutelanjangi
dunia ini dari kepalsuan. Kita hidup dalam masyarakat, jadi harus bekerja sama.
Dan kalau ada orang yang mau kaya sendiri, kalau ada orang yang mau mewah
sendiri, biarlah ia hidup di hutan saja, sebagai orang biadab.”
Dari
kutipan diatas, sangat jelas bahwa Rendra seorang pejuang yang melaksanakan
dengan kat-kata. Dia menulis keadaan yang ia lihat senyata-nyatanya. Dia tuangkan
dalam sebuah karya berupa kritikan atau nasihat agar para pemimpin sadar akan
kewajibannya.
Begitu juga
dengan puisi “Paman Doblang” karya Ws.Rendra ini, puisi ini mempunyai kekuatan
sesuatu kesan ke dalam imaji pembaca. Karyanya terinspirasi ketika dirinya
merenung di dalam jeruji besi. Dalam puisi “Paman Doblang” ini menjelaskan
luapan penyair terhadap suatu keadaan yang lemah akan keadilan. Sebelumnya kita
cari tahu dulu siap Paman Doblang itu?
Istilah
paman doblang sering disebut juga seseorang yang suka bercerita dan sangat
digemari oleh anak-anak. Ada yang menyebutkan juga bahwa paman doblang adalah
pak tua, kalau dimpulkan dari pendapat tersebut bahwa paman doblang adalah
seseorang yang memberikan cerita, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat
yang positif,dan jika dihubungkan paman doblang dengan puisi karya Ws.Rendra
ini, terdapat kata kunci baru dari nama
“Paman Doblang”.
Rendra
memberi nama judul puisinya “Paman Doblang” yaitu menceritakan keadaan yang
dialaminya. Karena dalam puisi “Paman Doblang” terdapat sebuah percakapan yang
membicarakan keadaan seseorang yang berada di dalam penjara. Sama halnya dengan
yang di alami oleh Rendra ketika berada di penjara. Penyair bercerita dan
menjelaskan dirinya sendiri dalam sebuah karya tulis melalui puisi, yang di
dalamnya terdapat nasihat-nasihat bagi pembaca. Pada bait pertama;
Paman
Doblang! Paman Doblang!
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu. Tanpa lubang cahaya. Pengap.
Ada hawa. Tak ada angkasa.
Terkucil. Temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci. Tak tahu di mana berada
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap.
Tanpa lampu. Tanpa lubang cahaya. Pengap.
Ada hawa. Tak ada angkasa.
Terkucil. Temanmu beratus-ratus nyamuk semata.
Terkunci. Tak tahu di mana berada
Penyair menceritakan
keadaan dirinya yang berada di sebuah penjara yang gelap, dan tempatnya sangat
tidak layak untuk ditempati, dia dimasukan ke penjara akibat kritikanya yang di
tuliskan dalam karyanya. Pada bait selanjutnya ada sebuah jawaban tentang
dirinya sendiri yaitu ;
Paman
Doblang! Paman Doblang!
Apa katamu?
Apa katamu?
Ketika
haus aku minum dari kaleng karatan.
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama.
Aku istirah di sini.
Tenaga ghaib memupuk jiwaku.
Penyair mempunyai kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan yang telah dia alami, dan dia terus mengharungi waktu dengan tidak pantang menyerah.
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama.
Aku istirah di sini.
Tenaga ghaib memupuk jiwaku.
Penyair mempunyai kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan yang telah dia alami, dan dia terus mengharungi waktu dengan tidak pantang menyerah.
Pada bait selanjutnya ;
Paman
Doblang! Paman Doblang!
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala.
Kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan.
Tanpa pengadilan.
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala.
Kamu terkurung dalam lingkaran.
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana.
Kaki kamu dirantai ke batang karang.
Kamu dikutuk dan disalahkan.
Tanpa pengadilan.
Penyair mengkritik
pemerintahan lewat karya tulisnya, dia melihat keadaan disekelilingnya yang
tidak pernah dilihat oleh para pemimpin, sehingga dia berani untuk membela
keadilan,tapi dia malah disalahkan dan di kucilkan ke dalam penjara oleh para
pemimpin. Hanya gara-gara tersinggung atau tidak enak dengan perkataan yang ada
dalam karya rendra tersebut, padahal itu adalah sebuah kenyataan.
Pada bait selanjutnya ;
Paman
Doblang! Paman Doblang!
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?
Kesedaran
adalah matahari.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakerawala.
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata.
Penyair menyebutkan dalam lirik puisinya bahwa kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi,keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Itulah nasihat dari Paman doblang atau Rendra yang menjadikan dirinya tetap kuat dan terus memperjuangkan kebenaran melalui pelaksanaan kata-kata.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakerawala.
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata.
Penyair menyebutkan dalam lirik puisinya bahwa kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi,keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Itulah nasihat dari Paman doblang atau Rendra yang menjadikan dirinya tetap kuat dan terus memperjuangkan kebenaran melalui pelaksanaan kata-kata.
Saya sangat tertarik
dalam karyanya ini, karena Rendra
berbicara lewat syair-syairnya, Rendra juga nyata-nyata banyak mengangkat tema-tema
perlawanan terhadap kemiskinan dalam syair-syairnya, perlawanan terhadap
kezaliman, dan kesemena-menaan,
Kalau
dihubungkan dengan realita kehidupan saat ini keadilan di indonesia masih
lemah. Dalam cuplikan dari pembukaan UUD’45 “…..menuju indonesia yang adil dan
makmur….” Tapi nyatanya sekarang indonesia malah Ambrok. Politikus yang jago
korupsi sampai menghabiskan miliyaran rupiah uang rakyat hanya di hukum tidak
lebih dari 10 tahun, belum lagi kalau dapat potongan masa tahanan pas libur
hari raya, sel penjara pun juga tidak biasa, malah luar biasa! Ada toilet,
kasur empuk, makan enak, dikunjungi kapan aja bisa. Malah seperti pindah rumah
saja.
Beda dengan penjahat kelas teri seperti maling motor, pelayanannya
pun juga kelas teri. Sel sumpek, kotor, belum lagi kalau pas ditangkap/kepergok
dia dapat bonus bogem mentah dari masyarakat. Sungguh naas negeri ini, yang di
harapkan generasi muda yang harus bisa mengubah dari yang buruk menjadi lebih
baik, dan terus melanjutkan perjuangan para pahlwan yang telah gugur membela
negera ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar