Jumat, 10 Agustus 2012

analisis novel "Dibawah Lindungan Ka'bah" Karya Hamka


sepasang kekasih itu justru membuat keyakinan naif bahwa cinta mereka akan disatukan di akherat
Judul Buku      : Dibawah Lindungan Ka’bah
Pengarang       : Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
Tahun              : 1975
Penerbit           : Bulan Bintang Jakarta
            Cinta merupakan anugrah dari yang mahakuasa, karena cinta sebuah amanat yang diberikan Tuhan kepada makhluknya. Begitu juga yang tertera dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka ini, menceritakan sepasang kekasih dengan kisah yang membuat kita mengalirkan air mata, pengarang sangat luar biasa, dengan kemampuannya kita seolah-olah ada dalam cerita tersebut. Walaupun gaya bahasanya sulit dimengerti, karena menggunakan bahasa Indonesia tahun-tahun lama, tetapi novel ini menjadi berkualitas.
            Mengapa novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka menjadi berkualitas? Alasannya karena cerita dalam karya beliau ini sangat monumental dan menyentuh. Alur ceritanya menceritakan tentang percintaan dua anak manusia yang berasal dari suatu daerah di pulah Sumatera, yang berwadah islami. Sehingga akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi pembacanya.
            Terdapat banyak nilai moral yang terdapat dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka ini, seperti dalam tokoh Hamid yang terdapat dalam novel tersebut. Hamid adalah seorang anak yatim dan miskin, walaupun keadaan ekonominya rendah, tetapi dia mempunyai akhlak yang terpuji. Sehingga banyak orang yang suka kepadanya, karena ia sangat rajin, sopan, berbudi, serta taat beragama. Kemudian ia diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang kaya-raya. Perhatian Haji Jafar dan istrinya Asiah terhadap Hamid sangat baik. Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab, anak kandung Haji Jafar. Hamid sangat menyayangi Zainab. Begitu pula dengan Zainab. Mereka sering pergi sekolah bersama-sama, bermain bersama-sama di sekolah ataupun pulang sekolah. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Suatu perasaan yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Zainab juga ternyata mempuanyai perasaan yang sama seperti perasaan Hamid. Perasaan tersebut hanya mereka pendam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat jurang pemisah yang sangat dalam. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja.
Pertemuan demi pertemuan membuat keduanya, Hamid dan Zainab menjadi saling jatuh cinta. Tetapi terdapat jurang pemisah untuk menjalin cinta diantara mereka, Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa yang sangat menyayat hatinya. Peristiwa pertama adalah meninggalnya Haji Jafar, ayah angkatnya yang sangat berjasa menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat dicintainya itu. Kini dia yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid merasa tidak bebas menemui Zainab karena Zainab dipingit oleh mamaknya. Hati Hamid semakin hancur ketika ia mengetahui bahwa mamaknya Asiah akan menjodohkan Zainab dengan seorang pemuda yang memiliki hubungan kekerabatan dengan almarhum ayah angkatnya. . Bahklan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya.
 Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah.  Zainab sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak mamaknya. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah. Betapa sedih dan hancurnya hati Zainab ketika ia menerima surat dari Hamid. Gadis itu merasa tersiksa karena iapun mencintai Hamid. Ia sangat merindukan pemuda itu. Namun, ia harus melupakan cintanya karena mamaknya telah menjodohkan dirinya dengan pemuda lain. Karena selalu dirundung kesedihan, Zainab menjadi sering sakit-sakitan dan ia kehilangan semangat hidupnya. Begitu juga dengan Hamid, ia telah meninggalkan dunia yang fana ini di hadapan Kabah, menyusul sang kekasih.
            Dibawah Lindungan Ka’bah sungguh sangat menyentuh hati. Sebuah cerita yang berlatar belakang Sumatera Barat tahun 1920-an tentang cinta abadi, dimana ketika segala sesuatu kelihatannya tak mungkin, cinta dengan caranya sendiri, menjadikannya mungkin. Didalam ceritanya mempunyai nilai moral yang tinggi dan dampak positif bagi pembaca dan bisa mengubah adat dan tradisi suatu daerah dengan novel ini. Karena dalam novel ini menggambarkan suatu adat atau tradisi dari daerah pulau sumatra, yang dulu sangat terkenal dengan perjodohan atau kawin paksa,dengan hadirnya novel “Dibawah Lindungan Ka’bah ” ini, tradisi di daerah tersebut lama-kelamaan menjadi hilang karena dampak dari novel tersebut. Dahulu perjodohan dilakukan dengan memaksakan kehendak sendiri, tidak melihat ketulusan dari seseorang yang akan dijodohkan. Jika dihubungkan dengan masa kini, tradisi tersebut masih ada dalam kehidupkan kita. Dan dengan karya sastra bisa mengubah segalanya.
                                                            Septian Aji Setia P,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar