Belajar kognitif
Dalam
keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan belajar dan berfikir
ialah strategi kognitif. Teori
kognitif merupakan teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi
adalah kemampuan psikis atau mental berupa mengamati, melihat, menyangka,
memperhatikan, memberikan, membayangkan, berpikir, mempertimbangkan, menduga
dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Hilgard, 1956 dan Chaplin,
1988).
Belajar
melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu
memperolehinformasi baru, transformasi, dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan (Dahar, 1989). Informasi baru merupakan penghalusan informasi
sebelumnya yang kemudian ditransformasikan. Pada tahap transformasi, seseorang
memperlakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru, mungkin melalui cara
ekstrapolasi dan atau bentuk lain. Pada proses terakhir, ada pengujian, ada
pengujian cara memperlakukan pengetahuan apakah sesuai dengan tugas.
Sebagai
psikolog, Bruner lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental. Berkaitan
masalah pengajaran, ia mengemukakan dalil tentang intruksi, yaitu preskriftif dan normatif. Preskriftif berhubungan dengan mekanisme penguasaan
,pengetahuan, keterampilan, dan teknik pengukuran ata evaluasi hasil, sedangkan
normatif berhubungan dengan menguasai penentuan dan kondisi tujuan (Bower dan
Hilgard, 1981). Teori intruksi dapatdikemukakan sebagai berikut:
1.
Kecenderungan belajar,
yaitu adanya pengalaman da konteks ang mendorong seseorang belajar
2. Struktur
pengetahuan, yaitu tubuh pengtahuan terstruktur sehingga memudahkan kesiapan
meraihnya.
3. Rangkaian
keteraturan, yaitu keberadaan materi belajar dalam urutan yang lebih efektif.
4. Reinforcement
atau peneguhan, yaitu adanya hadiah yang bergerak dari ektrinsik menuju
intrinsik.
Melalui
teori instruksi, setiap subjek dapat belajar efektif melalui bentuk-bentuk
kognitif sederhana pada tiao perkembaangan anak dan hal itu disebut amphorist.
Dalam
suatu dekade, teori intruksi Bruner mulai di kembangkan oleh para ahli
psikologi dengan berbagai pendekatan. Walter (1978) memaparkan sembilan langkah
dalam model pendekatan sistem intruksional, yaitu :
1. Mengidentifikasi
tujuan instruksional
2. Menganalisis
instruksional
3. Mengidentifikasi
karakteristik prilaku peserta
4. Menuliskan
tujuan perbuatan tertentu
5. Mengembangkan
criterian-referenced-test
6. Mengembangkan
strategi instruksional
7. Mengembangkan
dan mengadakan seleksi instruksional
8. Membuat
desain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi
intruksional
Tugas
pertama yangdlakukan anak ialah meneruskan sosialisasi dengan anak lain, atau
orang dewasa, tanpa pertentangan bahkan untuk membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keramahan dan konsiderasi pada anak itu.
Tugas
ke dua ialah belajar menggunakan simbol-simbol yang menyatakan keadaan
sekelilingnya, seperti : gambar, huruf, angka, diagram dan sebagainya.
Ini
sebagai tugas intelektual (membaca, menulis, berhitung dan sebagainya). Bila
anak sekolah sudah dapat melakukan tugas ini, berarti dia sudah mampu belajar
banyak hal dari yang mudah sampai yang amat kompleks.
Berbagai macam
strategi kognitif
Walau pun siswa menggunakan
strategi-strategi khusus dalam melaksanakan tugas-tugas belajar, untuk
memudahkan, strategi-strategi kognitif itu dokelompokan sesuai dengan
fungsinya. Pengelompokan itu disarankan oleh weinstein dan Mayer (1996).
a.
strategi-strategi
menghafal (rehearsal strategies)
b. strategi-strategi
elaborasi
c. strategi-strategi
pengaturan (organizing strategies)
d. strategi-strategi
meta kognitif
e.
strategi-strategi
afektif
Gagne menyatakan
pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat di bagi menjadi
lima ketegori, yang disebut “the domains
of learning” yaitu :
1.
keterampilan motoris
(motor skill)
Dalam
hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya lempar bola,
maen tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf R.M dan sebagainya.
2. Informasi
verbal
Orang
dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dalam hal ini
dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu ini perlu inteligensi.
3. Kemampuan
intelektual
Manusia
mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol.
Kemampua belajar cara inilah ang di sebut “ kemampuan intelektual”, misalnya
membedakan huruf M dan N, menyebut tanaman yang sejenis.
4. Strategi
kognitif
Ini
merupakan organisasi keterampilan yang internl (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan
berfikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena di tujukan
ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta
melakukan perbaikan-perbaikan secara terus menerus.